Mewarisan Peradaban Tari Melemang Sebagai Jati Diri Masyarakat Melayu Kepulauan Riau

    Mewarisan Peradaban  Tari Melemang Sebagai Jati Diri Masyarakat Melayu Kepulauan Riau

    Batam 20 Januari 2022

    Penulis:Doni Febri Hendra. 

    Dosen Prodi Seni Tari Universitas Universal Batam

    PENDAHULUAN

    Seperti pribahasa melayu, Tahu menyemak, pandai menyimpai. Asas ini mengandung nilai yang penuh kearifan, bijaksana, tanggap, dan cekatan dalam menilai dan memutuskan sesuatu sehingga orang Melayu haruslah mampu menyimak perkembangan masyarakat dan perubahan zaman serta dapat menyelesaikan berbagai permasalahan dalam kehidupan. Bersungguh dalam menuntut ilmu, bersegera melakukan perbaikan serta pandai menimbang baik dan buruk akan segala sesuatu dalam kehidupan bermasyarakat hal ini merupakan bagian dari jatidiri pribadi masyarakat Melayu.

    Tari hidup dan berkembang karena ada masyarakatnya. Tanpa ada masyarakat sebagai pendukungnya tari tidak akan bertahan hidup. Selain dari pada itu, tari sebagai salah satu cabang unsur penyangga kebudayaan. Dalam hal ini Umar Kayam (1987:39) menjelaskan, bahwa kesenian tidak pernah lepas dari masyarakat sebagai salah satu unsur terpenting dari kebudayaan itu sendiri.

    Sehubungan dengan hal diatas, maka tari melemang sebagai salah satu bentuk kesenian tradisional yang berasal dari desa Penaga kecamatan Teluk Bintan dan sebagai salah satu unsur kebudayaan hidup dan berkembang ditengah-tengah masyarakat pendukungnya. Pada masa dahulu tari ini difungsikan untuk upacara-upacara di kerajaan dan sebagai sarana men-sahkan dan memeriahkan keberadaan raja tersebut ditengah masyarakatnya dan juga selalu ditampilkan ketika ada tamu kerajaan yang sedang berkunjung. Tempat penampilannya pada saat itu hanya boleh dilakukan didalam istana. Tujuan ditampilkan di istana dimaknai bahwa raja memiliki suguhan yang menarik baik untuk dirinya sendiri maupun untuk menghibur tamu kerajaan yang datang dan juga bertujuan untuk mengajarkan penonton menjadi lebih tertib dan khidmat menyaksikannya. Namun tari melemang sekarang tidak lagi berfungsi sebagaimana dahulunya, bahkan tari ini sudah lama sekali tidak ditampilkan ditengah-tengah masyarakat. Dengan demikian tentu saja tari melemang kurang pembinaan dari masyarakat pendukungnya. Di desa Penaga ini sedikit sekali anak muda bahkan tidak ada lagi yang mempelajari tari melemang tersebut kecuali pewaris-pewaris tradisi yang sudah tua usianya. Hal ini dapat dikhawatirkan tari tradisional ini secara beransur - ansur akan hilang dari peredaran masa, karena kesenian moderen dianggap lebih menarik untuk dinikmati oleh anak-anak muda tersebut seperti menjamurnya, organ tunggal, hiburan virtual, yang selalu menyuguhkan hiburan yang menarik serta jenis musik pop, rock, dangdut dan yang lebih dominan adalah demam korea yang membuat mereka lebur kedalam pertunjukan tersebut. Bahkan kaum tua-tua pun sekarang ini lebih menyukai pertunjukan dalam bentuk penyajiannya yang lebih menarik sekarang ini.

    Dengan demikian sudah menjadi dan tugas lembaga kesenian yang ada di di Kepulauan Riau untuk melestarikan kesenian tradisional agar tidak tenggelam oleh kesenian moderen saat ini yang lebih diminati oleh berbagai lapisan masyarakat

    Oleh karna itu Universitas Universal Batam suatu lembaga yang peduli terhadap pendokumentasian seni-seni tradisi, terutama tari-tari tradisi melayu, mencoba melakukan revitalisasi tari melemang yang dianggap sudah punah, tetapi pewarisnya masih tersisa. Dalam hal ini revitalisasi dilakukan ± 8 bulan dengan proses awal survey ke desa Penaga.

    Tujuan semula bahwa revitalisasi ini dilakukan untuk mensosialisasikan, kembali kepada generasi muda yang ada di Desa Penaga itu sendiri, tetapi kerena faktor waktu dan kesempatan untuk mengajarkan kembali tari ini kepada generasi muda belum ada, maka tujuan dari sosialisasi kurang terlaksana. Bahkan sampai sekarang sebelum dilaksanakan revitalisasi tari tersebut di pulau Bintan itu masih tidak belum terdengar lagi gaungnya, sementara di pulau Bintan sendiri banyak sekali terdapat kelompok-kelompok seni, tetapi tidak satupun dari kelompok seni tersebut yang mempelajari tari melemang yang akan dijadikan sebagai materi pertunjukan dalam suatu acara kesenian-kesenian di pulau Bintan. Berdasarkan fenomena revitalisasi yang dilakukan terhadap tari melemang diatas menjadi perhatian penulis sebagai bahan kajian melaksanakan Tridarma Perguruan Tinggi.

    Keberlansungan Tari Melemang

    Tahu hidup meninggalkan, tahu mati mewariskan, Asas ini merupakan nilai yang menyadarkan orang untuk berkarya, berbuat kebajikan, berbudi dan jasa selama hidupnya, mewariskan nilai luhur agama dan budaya, nama baik serta keteladanan hidup. Orang Melayu mestilah sadar betul hakikat kehidupan dunia yang sementara menjadi bekalan bagi kehidupan selanjutnya di akhirat. Kesadaran ini kemudian melahirkan pribadi yang senantiasa mengajak kepada kebaikan, meneladani perilaku yang terpuji serta menghasilkan karya yang berfaedah dan memberi manfaat bagi masyarakat. Berdasarkan azas-azas jatidiri melayu saya ungkapkan kepada Tari melemang merupakan tarian tradisional yang berasal dari Tanjung Pisau Bintan Penaga kecamatan Bintan. Dimainkan pertama kali sekitar abad ke 12, ketika itu tari melemang hanya dimainkan di istana kerajaan melayu bentan yang pusatnya berada di bukit batu Bintan. Pada masa itu tari ini hanya dikenal di dalam istana saja karena ketika ditampilkan hanya untuk sebagai hiburan raja atau menghibur tamu kerajaan yang sedang berkunjung. Tari melemang dahulunya ditarikan oleh dayang-dayang istana dan tari melemang hanya ditarikan oleh perempuan saja yang berjumlah 14 orang. Namun sejak kerajaan Bentan mengalami keruntuhan tari melemang dipertunjukan untuk rakyat diluar istana sebagai pertunjukan hiburan rakyat. Dan pada saat ini tari ini hanya sekali-kali dipertunjukan dalam acara seremonial daerah setempat ini pun kalau pemain dari tari melemang ini ada. Karena sekarang ini pewaris yang masih ada yaitu ibuk Rokiah mengajarkan tari melemang kepada siswi Sekolah Menengah Atas saja yang kebetulan penduduk desa Tanjung Pisau Penaga itu sendiri.  Mewariskan peradaban, tak kan melayu hilang dibumi. 

    PEWARIS TARI MELEMANG YANG MASIH TERSISA

    Dalam melakukan suatu penelitian selalu terkait dengan empat hal, yang merupakan cakupan pembahasan jenis data dan sumber data. Keempat hal dimaksud, yakni (1) keterkaitannya dengan fokus penelitian, (2) sifat analisis terhadap masalah yang menjadi fokus penelitian, (3) cara pemerolehan data, dan (4) sumber pemerolehan data. Dalam pemerolehan data tentang Tari melemang Daryusti (2006:47) juga mengatakan data dibedakan atas dua yaitu, data primer dan sekunder, Data yang didapat melalui lansung dari pewaris tari melemang disebut data primer, yang juga diperoleh ketika mengikuti kegiatan tari melemang yang dilakukan oleh prodi seni tari universitas universal Batam dan juga melalui keterangan nara sumber yang benar-benar mengetahui tentang tari melemang yaitu bapak Edi Ismail selaku pimpinan sanggar Dang Merdu Tandak Lemang dan ibu Rokiah selaku penari asal tari melemang.

    Bapak Edi Ismail. Pimpinan sanggar tari Dang Merdu Tandak Lemang

    Foto: Doni Febri Hendra

    Asal-Usul Tari Melemang 

    Tari melemang pada Masyarakat Penaga

    Mengenai asal usul tari melemang di desa Tanjung Pisau Penaga ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti, kapan tari itu ada. Dari informasi yang diperoleh di lapangan, bahwa tari melemang sebuah kesenian yang hidup dari suatu kelompok masyarakat dan ditarikan oleh masyarakat itu sendiri.

    Menurut informan yang sekaligus penari tari melemang yaitu ibuk Rokiah yang sudah tua usianya. Tari melemang ini ditarikan oleh 14 orang penari putri, setiap pertunjukannya para penari memperlihatkan kebolehannya dengan melakukan gerak kayang sambil mengambil sesuatu yang diletakkan dilantai, baik sapu tangan atau uang dan lain sebagainya. Yang disebut dengan melemang. Tari melemang diiringi oleh alat musik seperti, biola, gendang, rebana, gong serta di iringi oleh vokal (dendang) untuk mengiringi tarian 

    Gerak

    Gerak merupakan elemen yang paling mendasar dalam sebuah tarian, yang lahir dari anggota penari, seperti yang dikemukakan Alma M. Hawkins dalam Y. Sumandiyo Hadi (1990), bahwa gerak dalam tarian sebagai medium ekspresi, dan dari gerak tubuh penari akan terlihat bentuk tari dan gerak itu dapat dipahami dan dimengerti, meskipun gerak tersebut berasal dari gerak-gerak dasar manusia. Akan tetapi makna simbolis gerak sebenarnya mencerminkan dari kehadirannya,                                                                                      pada umumnya gerakan yang dilakukan dalam Tari ini adalah gerakan gerakan melayu, dan sesuai dengan kondisi alam di kepulauan riau. 

    Koreografi Tari Melemang Yang Hampir Punah

     Adapun gerak-gerak pokok tari melemang adalah sebagai berikut: Gerak joget, Gerak inang, Step, Gerak zapin, Gerak melemang, Gerak melemang melantai, Gerak melemang menggapai, Gerak melemang menggigit.

    Ibuk Rokiah pewaris tari melemang

    Foto: Doni Febri Hendra

    pola lantai yang digunakan dalam tari melemang ini adalah pola lantai garis lurus, kesan yang ditimbulkan sederhana tetapi kuat. Unsur-unsur musik dalam tari melemang seperti yang sudah dituliskan diatas. Selain dari bunyi alat musik yang dimainkan tari melemang ini juga diiringi oleh (vokal). Rias yang dipakai dalam pertunjukan tari melemang adalah rias cantik panggung dan untuk busananya adalah busana yang bernuansa melayu yang menunjukkan kesopanan wanita melayu.

    REVITALISASI TARI MELEMANG

    Revitalisasi berarti Prinsip atau sistem-sistem lokal yang harus diperbaharui, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain revitalisasi berarti sistem-sistem lokal yang harus diberi nafas baru dilakukan secara sistematis dan terencana. Supaya proses dari kerja yang akan dilaksanakan agar tujuan kita dalam melakukan suatu revitalisasi tercapai perlu dilakukan langkah-langkah dalam merevitalisasi tari tradisi adalah (1) memahami proses dari kerja yang akan dilaksanakan; (2) menerapkan tehnik-tehnik yang harus dilakukan; dan (3) memiliki dasar untuk menghidupkan kembali tari tradisi. Dan Daryusti juga mengatakan seseorang yang akan melakukan revitalisasi perlu memiliki dasar mengapa ia melakukan kegiatan tersebut. Dasar revitalisasi dapat berupa (1) penari trai tersebut sudah tua dan tidak ingat lagi semua gerakan tari tradisi; (2) kebutuhan masyarakat terhadap tari tradisi; (3) memunculkan kespesifikan daerah setempat terhadap tari tradsi; dan (4) agar tari tradisi tidak punah. Ke empat-empat point diatas inilah yang menjadi dasar kenapa revitalisasi tari melemang di desa Tanjung Pisau Kecamatan Bintan ini dilakukan oleh masyarakat akademis universitas universal prodi seni tari. Karena sebagai lembaga seni masyarakat bertanggung jawab atas keberlansungan suatu kebudayaan, baik kebudayaan setempat maupun dari luar daerah.

    REVITALISASI TARI MELEMANG OLEH MASYARAKAT AKADEMIS

    Hasil Revitalisasi Tari melemang oleh Universitas Universal Batam. Kita sekarang berada di pergantian abad baru yang memperlihatkan semakin menyatunya berbagai kebudayaan dunia dengan segenap unsurnya yang saling terkait dan bergantung antara satu dengan yang lainnya, muncul akibat beroperasinya dua arus kekuatan, yaitu arus global dan lokal, arus moderenitas dan tradisi, arus lama dan baru, arus masa kini dan masa lampau, arus yang berasal dari luar dan yang bersumber dari akar setempat, yang mengakibatkan ancaman bagi perkembangan budaya atau seni lokal secara umum, seperti tari melemang yang pada masa dahulunya sebuah seni pertunjukan di kerajaan melayu, juga mengalami proses tarik menarik antara kedua arus diatas, yang pada masalalunya adalah sebuah kehidupan kebudayaan dan seni pertunjukan dan satu aktifitas dalam lingkungan masyarakat (komunal). Namun pada saat ini posisi budaya dan seni pertunjukan tari melemang tidak dapat lagi di bandingkan dengan masa lalunya khususnya di desa Tanjung Pisau Penaga. Ditengah perubahan zaman kehidupan budaya dan seni pertunjukan masyarakat Penaga mulai berkembang diluar sistem sosial yang telah menopang pertunjukannya selama ini. Sehingga tari melemang mulai tergeser.

    Seperti yang di ungkapkan Mursal Esten dalam bukunya Minangkabau dan Perubahan (993:117) merupakan buku yang juga perlu untuk dipedomani untuk menambah dalam mengkaji suatu perubahan dan perkembangan sosial budaya masyarakat pendukung suatu tari yang menyatakan bahwa suatu bentuk kesenian akan dapat lestari dalam masyarakat apabila kesenian tersebut dapat mengikuti perkembangan kesenian dimasa depan, seandainya kesenian tidak dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, maka kesenian tersebut akan ditinggalkan oleh lingkungannya dengan kata lain tidak di gemari lagi oleh masyarakat pendukungnya (musnah), karena perubahan tidak dapat di elakkan dalam perkembangan bentuk kesenian, hal ini terbukti ketika informan yaitu Bapak Edi Ismail menyatakan sudah jarang sekali tari melemang ini dipertunjukan, hal ini ini menunjukan karena perkembangan zaman tari melemang tidak digemari lagi oleh masyarakat yang dahulu sebagai pendukungnya. Mereka lebih cendrung untuk menikmati kesenian masa kini seperti dance modern dan budaya K-Pop serta musik dangdut yang telah di kemas sesuai dengan perkembangan zaman sekarang.

    Untuk itu pembinaan terhadap kesenian daerah pada masa kini merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian serius baik dari pemerintah maupun masyarakat, dan ilmu pengetahuan yang mengkaji masalah kesenian dan kebudayaan umum, upaya pembinaan, pengembangan dan pelestarian kesenian tidak akan dapat dilakukan secara sempurna apabila tidak dilandasi oleh kegiatan penelitian terhadap kesenian daerah tersebut. Pembinaan kebudayaan dan pelestariannya itu dapat dilakukan oleh suatu lembaga kesenian yang ada di Kepulauan Riau, yaitu Universitas Universal Batam terhadap kesenian tradisional yang ada di daerah Kepulauan Riau yaitu tari melemang yang ada di desa Tanjung Pisau Kecamatan Penaga. Untuk itu penulis memncoba mengangkat permasalahana ini karena ketika masyarakat datang pada sebuah pertunjukan tentunya mereka mencari hiburan yang menambah apresiasi mereka, untuk memenuhi tuntutan ini tari tradisional harus siap bersaing, karena materi seni pertunjukan harus didukung oleh berbagai aspek yang membuat penonton merasa kagun saat menonton maka dari itu harus dimasukan unsur pertunjukan modern dan prima tanpa menghilangkan bentuk ketradisionalannya, seperti dari pengolahan bentuk tari, kostum dan pemilihan penari. Semua unsur tersebut akan menjadi keindahan suatu sajian seni tari ditambah kelengkapan pertunjukan dan artistik yang memanjakan mata penonton.

    Revitalisasi tarui melemang dilakukan selama ± 8 bulan dengan proses awalnya survei kelapangan oleh beberapa orang dosen tari dan mahasiswa. Pada bulan berikutnya tim mulai belajar tari melemang, mulai dari gerak, makna gerak, dan musiknya, ciri dari tari melemang ini adalah pada melemang (gerak kayang) Setelah ragam gerak dikuasai oleh tim, dan menyusun bentuk tari sesuai dengan unsur-unsur pendukung tari, dengan menggunakan semua elemen-elemen komposisi tari, seperti yang dijelaskan Soedarsono bahwa ada sembilan elemen komposisi tari, gerak, pola lantai, desain atas, desain dramatik, komposisi kelompok, tema, dan perlengkapan (1977:40) karena tim akan mengubah bentuk tari melemang kedalam bentuk baku, agar bisa digunakan nantinya untuk lembaga, khususnya di prodi seni tari tim menggunakan hitungan 1x8, untuk membatasi perubahan gerak.

    Tujuan semula bahwa revitalisasi ini dilakukan untuk meng-angkat kembali dan menjadikan tari melemang ini lebih sering dilihat oleh masyarakat kepualauan Riau khususnya pulau Bintan supaya tari melemang yang tidak punah tenggelam masa, serta diajarkan kembali kepada generasi muda yang ada di daerah setempat, walau faktor waktu, dan kesempatan untuk mengajarkan kembali tari ini kepada generasi muda tidak cukup karena penulis berdomisili di pulau Batam,   tujuan dari revitalisasi akan tetap terlaksana. Bahkan sejak revitalisai dilakukan penelitian dengan membawa beberapa orang mahasiswa universitas universal pada tahun 2018 lalu baru sekarang tari tersebut mulai terdengar lagi gaungnya.  Hal inilah berdasarkan uraian diatas dari fenomena revitalisasi yang dilakukan terhadap tari melemang menjadi perhatian penulis sebagai bahan kajian untuk memenuhi tridarma perguruan tinggi program studi seni tari.

    Bentuk Koreografi Tari Melemang Setelah Di Revitalisasi

    Revitalisasi yang dilakukan selama beberapa bulan masih sudah mencukupi sehingga apa yang ingin dicapai dalam melakukan revitalisasi tercapai walau belum sempurna seperti yang diingankan, karena jarak peneliti dengan daerah objek kajian cukup jauh menyebarangi lautan ditambah dengan perjalanan darat yng cukup jauh, tapi revitalisasi ini masih dapat terlaksana selain mengajarkan kembali tari melemang kepada generasi muda khususnya murid sekolah Menengah Atas yang ada di desa Penaga, begitu juga dengan pembaharuan dari tari melemang yang dilatihkan kepada mahasiswa Universitas Universal Batam tanpa menghilangkan bentuk aslinya, jadi bentuk koreografi tari melemang masih tetap sama dengan yang asli yang di pelajari oleh tim revitalisasi dengan sedikit perubahan dalam bentuk pola lantai dan penyempurnaa iringan musik sehingga lebih menarik untuk dipertontonkan ke masyarakat umum dalam event apapun nantinya baik dipertunjukan di dalam daerah maupun luar daerah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia tari saat ini. Selain dari pembaharuan yang dilakukan dalam bentuk gerak dan pola lantai juga pembaharuan dalam bentuk kostum yang kekinian. Seperti halnya kostum tari melayu untuk pertunjukan yang difungsikan untuk hiburan semata dimana bentuk kostumnya sedikit lebih mewah dan glamor tanpa meninggalkan kesan kostum tari melayu untuk wanita melayu. 

    Penutup 

    Pertunjukan tari melemang di pulau Bintan tepatnya di desa Penaga Kepulauan Riau tergolong pada jenis tari kebudayaan sebagai hiburan di Istana yang dahulunya hanya dipertunjukan di dalam istana sebagai hiburan pribadi bagi raja dan terkadang dipertunjukan kepada tamu-tamu kerajaan. 

    Bentuk tari melemang ini dapat dilihat dari wujudnya, mencakup seluruh aspek yang dapat ditangkap oleh panca indra seperti gerak, music, dan kostum. Keseluruhan bentuk gerak dapat dilihat dari reportoar tari yang dilakukan dengan ciri khas yang unik dari tari ini adalah gerak melemang, yaitu gerakan mengambil sapu tangan dilakukan sambil kayang dan mengambil sapu tangan tersebut dengan mulut dan berdiri lagi tanpa dibantu oleh kedua tangan. Tari melemang memiliki bobot atau isian berupa pesan yang dapat disampaikan kepada penonton. Sedangkan penampilan tari melemang dapat disampaikan secara utuh merupakan penggabungan dari wujud dan isi.

    Tari melemang merupakan kesenian tradisional yang menjadi milik masyarakat di Kepulauan Riau. Namun kondisi tari melemang boleh dikatakan diambang kepunahan karena kurangnya minat generasi muda daerah setempat untuk mempelajari tari ini. Untuk mempertahankan keberadaan tari melemang ini dibutuhkan kerjasama dan perhatian dari bernagai pihak agar memotivasi dan mengorganisir kaum muda untuk kembali mempertahankan bentuk pertunjukan ini dan dapat mewariskan tari melemang. Karena dunia saat ini terlihat semakin menyatunya berbagai kebudayaan dunia dengan segenap unsurnya yang saling terkait dan bergantung antara satu dengan yang lainnya, muncul akibat beroperasinya dua arus kekuatan, yaitu arus global dan lokal, arus moderenitas dan tradisi, arus lama dan baru, arus masa kini dan masa lampau, arus yang berasal dari luar dan yang bersumber dari akar setempat, yang mengakibatkan ancaman bagi perkembangan budaya atau seni lokal secara umum, seperti tari melemang yang pada masa dahulunya sebuah seni pertunjukan di kerajaan melayu, juga mengalami proses tarik menarik antara kedua arus diatas, Ditengah perubahan zaman kehidupan budaya dan seni pertunjukan masyarakat Penaga mulai berkembang diluar sistem sosial yang telah menopang pertunjukannya selama ini. Sehingga tari melemang mulai tergeser.

    perubahan tidak dapat di elakkan dalam perkembangan bentuk kesenian ketika informan Bapak Edi Ismail menyatakan sudah jarang sekali tari melemang ini dipertunjukan, hal ini ini menunjukan karena perkembangan zaman. Supaya proses dari kerja yang akan dilaksanakan agar tujuan kita dalam melakukan suatu revitalisasi tercapai perlu dilakukan langkah-langkah dalam merevitalisasi tari tradisi adalah memahami proses dari kerja yang akan dilaksanakan; menerapkan tehnik-tehnik yang harus dilakukan; memiliki dasar untuk menghidupkan kembali tari tradisi. Lembaga pendidkan Universitas Universal seabagi peneliti melakukan penelitian berdasarkan revitalisasi penari tersebut sudah tua dan tidak ingat lagi semua gerakan tari tradisi; kebutuhan masyarakat terhadap tari tradisi; memunculkan kespesifikan daerah setempat terhadap tari tradisi; dan agar tari tradisi tidak punah.

    Batam
    Zulfahmi chilalek

    Zulfahmi chilalek

    Artikel Sebelumnya

    Pesan Buat Arteria Dahlan: Jangan Lupa,...

    Artikel Berikutnya

    Novita Wijayanti Apresiasi Progres Pembangunan...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Mengenal Lebih Dekat Koperasi
    Hendri Kampai: Indonesia Dikuasai Oligarki, Jangan Sampai Rakyat Merasa Dijajah 'Kumpeni' Zaman Now
    Hendri Kampai: Kekuasaan, Kesempatan untuk Berbuat Baik atau Kezaliman yang Menghancurkan
    Hendri Kampai: Menjaga  Euforia Harapan
    Hendri Kampai: Berkaca dari Singapura, Pelajaran Berharga untuk Indonesia

    Ikuti Kami